Download link
http://www.4shared.com/document/Ml1j8Q8L/1105211067.html
Minggu, 05 Juni 2011
Senin, 02 Mei 2011
Senin, 18 April 2011
Intermesso
Sebesar Apapun Dosa, Akan Ada Jalan Untuk Bertaubat
( Riwayat oleh : Imam Bukhari Muslim, dari Abu Sa`id Al Khudri )
Pada zaman dahulu, ada seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawa-nyawa orang yang dijahatinya.Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya diahitung.Sampai suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai 99 orang.Jadi boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia mempunyai perilaku yang sangat kejam.Rupanya terselip rasa bersalah dihatinya. Lama-lama ia mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya sepanjang waktu bergelimang dosa. " Aku ingin bertobat,jika aku terus-terusan hidup begini , maka aku pasti menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama ini.Aku ingin bertobat,...Aku mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan kejam lainnya. Tapi apakah itu mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat." Demikian pikir si jahat ini dalam hati.
Ia kemudian memutuskan mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke arah itu. Maka pergilah sijahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat didepannya.
Dalam pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk mendatangi seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim itu.Setelah berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan siapa dirinya dan maksud kedatangannya. " Hai orang alim, aku pembunuh yang sudah membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk bertaubat ?" Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang alim tersebut menjawab. "Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena perbuatan kamu itu terlalu sadis."
Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu, marahlah ia dan seketika itu pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah ia telah membunuh 100 nyawa orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat, ingin menyudahi perbuatan keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap meneruskan untuk mencari lagi orang alim yang mau menerima penyesalannya. Sambil berjalan ia membatin," Kiranya gerangan siapakah dan dimana dari penduduk bumi ini yang terpandai dan alim ? Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini."
Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan bahwa ia sudah membunuh 100 orang. Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia mempertanyakan apakah masih ada pintu taubat untuknya.Setelah mendengar keluh kesahnya dengan seksama, si orang tua yang alim ini akhirnya memberikan jawaban yang dinati-nanti. " Hai anak muda, tetap masih ada pintu taubat untukmu. Siapakah yang dapat menghalangi bila saudara ingin bertaubat ? Pergilah kedusun "anu". Disana ada banyak orang yang taat kepada Allah. Berbuatlah engkau sebagaimana mereka berbuat. Dan janganlah engkau kembali kenegrimu sebab dinegrimu banyak orang yang menyesatkan."
Setelah menerima saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang ingin bertaubat kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah perjalanan mendadak ia meninggal dunia.Kematiannya yang mendadak membuat malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan, apakah orang ini tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang yang selamat.
Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia membawa niat ingin bertaubat dan betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya. Kata malaikat rahmat," Ia berjalan untuk bertaubat kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati."
Tapi kata malaikat siksa," Ia belum pernah melakukan kebajikan sama sekali.Pekerjaannya selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka." Tak berapa lama, datanglah malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah diantara pertengkaran itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat tersebut. " Ukur saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia tuju. Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan orang sana."
Kemudian tempat dimana orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap dua dusun, yaitu jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun yang ditinggalkan. Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang yang taat kepada Allah. Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada dusun yang akan dituju. Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja.
( Riwayat oleh : Imam Bukhari Muslim, dari Abu Sa`id Al Khudri )
Pada zaman dahulu, ada seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawa-nyawa orang yang dijahatinya.Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya diahitung.Sampai suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai 99 orang.Jadi boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia mempunyai perilaku yang sangat kejam.Rupanya terselip rasa bersalah dihatinya. Lama-lama ia mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya sepanjang waktu bergelimang dosa. " Aku ingin bertobat,jika aku terus-terusan hidup begini , maka aku pasti menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama ini.Aku ingin bertobat,...Aku mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan kejam lainnya. Tapi apakah itu mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat." Demikian pikir si jahat ini dalam hati.
Ia kemudian memutuskan mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke arah itu. Maka pergilah sijahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat didepannya.
Dalam pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk mendatangi seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim itu.Setelah berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan siapa dirinya dan maksud kedatangannya. " Hai orang alim, aku pembunuh yang sudah membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk bertaubat ?" Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang alim tersebut menjawab. "Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena perbuatan kamu itu terlalu sadis."
Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu, marahlah ia dan seketika itu pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah ia telah membunuh 100 nyawa orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat, ingin menyudahi perbuatan keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap meneruskan untuk mencari lagi orang alim yang mau menerima penyesalannya. Sambil berjalan ia membatin," Kiranya gerangan siapakah dan dimana dari penduduk bumi ini yang terpandai dan alim ? Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini."
Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan bahwa ia sudah membunuh 100 orang. Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia mempertanyakan apakah masih ada pintu taubat untuknya.Setelah mendengar keluh kesahnya dengan seksama, si orang tua yang alim ini akhirnya memberikan jawaban yang dinati-nanti. " Hai anak muda, tetap masih ada pintu taubat untukmu. Siapakah yang dapat menghalangi bila saudara ingin bertaubat ? Pergilah kedusun "anu". Disana ada banyak orang yang taat kepada Allah. Berbuatlah engkau sebagaimana mereka berbuat. Dan janganlah engkau kembali kenegrimu sebab dinegrimu banyak orang yang menyesatkan."
Setelah menerima saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang ingin bertaubat kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah perjalanan mendadak ia meninggal dunia.Kematiannya yang mendadak membuat malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan, apakah orang ini tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang yang selamat.
Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia membawa niat ingin bertaubat dan betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya. Kata malaikat rahmat," Ia berjalan untuk bertaubat kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati."
Tapi kata malaikat siksa," Ia belum pernah melakukan kebajikan sama sekali.Pekerjaannya selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka." Tak berapa lama, datanglah malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah diantara pertengkaran itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat tersebut. " Ukur saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia tuju. Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan orang sana."
Kemudian tempat dimana orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap dua dusun, yaitu jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun yang ditinggalkan. Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang yang taat kepada Allah. Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada dusun yang akan dituju. Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja.
Perkembangan Teknologi Informasi di bidang manajemen
Saat ini semua orang sudah menggunakan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-harinya.Masih banyak orang yang berfikiran konvensional yang tetap melakukan kegiatannya secara manual.Pola pikir orang yang berbeda –beda inilah yang kini diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi ini.Untuk menerapkan sistem yang melibatkan teknologi informasi setiap perpustakaan sebaiknya mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi pustakawannya agar sistem yang diterapkan dapat dimanfaatkan secara efektif.
Teknologi informasi dapat menjadi hal yang sangat menguntungkan bagi setiap orang,namun jika tidak diperhatikan penerapannya teknologi informasi dapat menberikan beberapa dampak negatif dalam penggunaan.Tidak adanya penanganan khusus recod atau arsip dalam Perpustakaan FIB UI merupakan hal yang harus diperhatikan untuk kemajuannya.Ada beberapa hal yang dapat dilakikan untuk mengurangi dampak negatif dari teknologi informasi,yaitu : sistem yang digunakan sebaiknya sudah diberikan keamanan akses seperti pemberian password dan diadakan pengarahan kepada para staf perpustakaan siapa saja yang diperbolehkan mendapat akses untuk recod tertentu,koneksi dengan server lebih ditingkatkan kualitasnya,dan perpustakaan sebaiknya mengadakan perputaran petugas setiap staf perpustakaan agar pustakawan memiliki kompetensi yang cukup di semua bidang terutama manajemen recod.
Langganan:
Postingan (Atom)